KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah pembelajaran akidah akhlak ini, yang alhamdullilah tepat pada waktunya makalah kami ini berjudul “Pengembangan Metode Pembelajaran Akidah Akhlak”. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Saya
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu kritik
dan saran dari Ibu Dosen yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan banyak terima kasih kepada Ibu Pembimbing. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Akhir kata, saya sampaikan banyak terima kasih kepada Ibu Pembimbing. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Medan,
April
2013
Penulis
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
Keberhasilan seorang guru dalam
menyampaikan suatu materi pelajaran, tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuannya
dalam menguasai materi yang akan disampaikan. Akan tetapi ada faktor-faktor
lain yang harus dikuasainya sehingga ia mampu menyampaikan materi secara
profesional dan efektif. Menurut Zakiyah Daradjat .. pada dasarnya ada tiga kompetensi yang harus dimiliki
oleh guru yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan, dan
kompetensi dalam cara-cara mengajar.
Ketiga kompetensi tersebut harus
berkembang secara selaras dan tumbuh terbina dalam kepribadian guru. Sehingga
diharapkan dengan memiliki tiga kompetensi dasar tersebut seorang guru dapat
mengerahkan segala kemampuan dan keterampilannya dalam mengajar secara
profesional dan efektif.
Mengenai kompetensi dalam cara-cara
mengajar, seorang guru dituntut untuk mampu merecanakan atau mampu menyususun
setiap program satuan pelajaran, mempergunakan dan mengembangkan media
pendidikan serta mampu memilih metode yang bervariatif dan efektif.
Ketepatan seorang guru dalam memilih
metode pengajaran yang efektif dalam suatu pembelajaran akan dapat menghasilkan
pembelajaran yang efektif yaitu tercapainya tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Sebaliknya ketidak tepatan seorang guru dalam memilih metode
pengajaran yang efektif dalam suatu pembelajaran, maka akan dapat menimbulkan
kegagalan dalam mencapai pembelajaran yang efektif yaitu tidak tercapainya
tujuan pembelajaran yang diinginkan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengembangan Metode Pembelajaran Akidah Akhlak
A. Pengertian Metode
Metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
menglimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pada
dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan
segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir
anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya.
Salah satu hal yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan mengajar di kelas.
Salah satu yang paling penting adalah performance guru di kelas. Bagaimana
seorang guru dapat menguasai keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar
yang menyenangkan. Dengan demikian guru harus menerapkan metode pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.
B. Pengertian Pelajaran Akidah Akhlak
Pelajaran aqidah akhlak merupakan
salah satu mata pelajaran yang diajarkan disekolah formal dan merupakan rumpun
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Secara etimologi (bahasa) kata
aqidah akhlak, terdiri dari dua kata aqidah dan akhlak Kata aqidah berasal dari bahasa
Arab yang berarti kepercayaan atau keyakinan.
Sedangkan secara terminologi
(istilah) aqidah berarti segala keyakinan yang ditetapkan oleh Islam yang
disertai oleh dalil-dalil yang pasti. Hal-hal yang termasuk di dalam
pembahasan aqidah yaitu tentang Tuhan dan segala sifat-Nya serta hal-hal yang
berkaitan dengan alam semesta, seperti terjadinya alam.
Adapun pengertian akhlak secara
etimologi adalah berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk jamak dari kata yang
berasal dari kata dengan bentuk jamaknya yang berarti budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabiat. Ibnu Athir menjelaskan bahwa hakekat makna itu ialah
gambaran batin manusia yang tepat (jiwa dan sifatnya) sedangkan merupakan
gambaran bentuk luasnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendahnya tubuh dan
lain sebagainya).
Secara terminologi ada beberapa
definisi akhlak yang telah dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:
a. Imam Ghozali
Akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan dengan mudah
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
b. Ibnu
Miskawaih
Akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan
tanpa melakukan pemikiran dan pertimbangan.
c. Abu Bakar
Aceh
Akhlak adalah suatu sikap yang
digerakan oleh jiwa yang menimbulkan tindakan dan perbuatan manusia baik
terhadap Tuhan maupun sesama manusia serta terhadap diri sendiri.24 Melihat
pengertian aqidah akhlak yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pelajaran aqidah akhlak merupakan suatu mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah formal dan merupakan bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
yang didalamnya mencakup persoalan keimanan dan budi pekerti yang dapat
mengembangkan kepribadian peserta didik.
C. Tujuan Pelajaran Aqidah Akhlak
Aqidah akhlak merupakan salah satu
bidang studi dalam pendidikan agama Islam. Maka tujuan umum pendidikan aqidah
akhlak sesuai dengan tujuan umum pendidikan agama Islam. Menurut Abdurrahman
Saleh Abdullah, tujuan umum pendidikan agama Islam adalah membentuk kepribadian
sebagai khalifah Allah atau sekurang-kurangnya mempersiapkan peserta didik ke
jalan yang mengacu pada tujuan akhir manusia. Tujuan utama khalifah Allah
adalah beriman kepada Allah dan tunduk patuh secara total kepadaNya. Hal ini
sesuai dengan firman Allah, yang Artinya : .Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supayamereka mengabdi kepada-Ku.. (Q.S. Adz-Dzariyat : 56).
Sedangkan tujuan khusus pelajaran
aqidah akhlak menurut Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam adalah sebagai
berikut:
Untuk menumbuhkan dan meningkatkan
keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan serta pengamalan peserta didik
tentang aqidah dan akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaanya kepada Allah swt
seta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
Dari kutipan diatas dapat dipahami
bahwa tujuan pelajaran aqidah akhlak searah dengan tujuan nasional yaitu: .Tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan
kualitas manusia Indonesia, yakni manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin,
bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta
sehat jasmani dan rohani.
D. Ruang Lingkup Pelajaran Aqidah Akhlak
Ruang lingkup pelajaran aqidah
akhlak yang terdapat di madrasah aliyah memiliki isi bahan pelajaran yang dapat
mengarahkan pada pencapaian kemampuan peserta didik untuk dapat memahami rukun
iman secara ilmiah serta pengalaman dan pembiasaan berakhlak Islami, untuk
dapat dijadikan landasan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai
bekal untuk jenjang berikutnya.
Adapun ruang lingkup pelajaran
aqidah akhlak di dalam kurikulum 2004 untuk madrasah aliyah ada tiga aspek,
yaitu:
a. Aspek Aqidah
Aspek aqidah ini meliputi sub-sub
aspek: kebenaran aqidah Islam, hubungan aqidah, akhlak, ke-Esaan Allah swt,
Allah Maha Pemberi Rizki, Maha Pengasih dan Penyayang, Maha Pengampun dan
Penyantun, Maha Benar dan Maha Adil. Dari beberapa sub aqidah ini tentu saja
dengan menggunakan argumen dalil-dalil aqli dan naqli. Selain itu juga meyakini
bahwa, Muhammad saw adalah rosul terakhir, meyakini kebenaran Al-Qur.an dengan dalil aqli dan naqli. Meyakini qodlo dan
qodar, hubungan usaha dan do.a, hubungan
prilaku manusia dengan terjadinya bencana alam.
b. Aspek Akhlak
Adapun yang menjadi aspek akhlak
diantaranya: .Beradab secara Islam dalam
bemusyawarah untuk membangun demokrasi, berakhlak terpuji kepada orang tua,
guru, ulil amri, dan waliyullah. Hal ini
memiliki tujuan untuk memperkokoh integrasi dan kredibilitas pribadi,
memperkokoh kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, bersedia
melanjutkan misi utama rosul dalam membawa perdamaian, terbiasa menghindari
akhlak tercela yang dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernegara seperti membunuh, merampok, mencuri, menyebar fitnah, membuat
kekerasan, mengkonsumsi atau mengedarkan narkoba dan malas bekerja.
c. Aspek Kisah Keteladanan
Aspek kisah keteladanan diantaranya
mengapresiasi dan meneladani sifat dan prilaku sahabat utama Rosulullah saw
dengan landasan agama yang kuat. Ketiga aspek diatas merupakan bagian
dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam Agama Islam yang bersumber dari
Al-Qur.an dan Al-Hadits. Oleh karena itu diharapkan dapat
membentuk peserta didik menjadi beriman dan bertaqwa kepada Allah swt dan
memiliki akhlak yang mulia sebagaimana akhlak para nabi dan rosul.
E. Macam-Macam Metode yang Sesuai dalam Pembelajran Akidah Akhlak
1. Metode Ceramah
a. Pengertian Metode Ceramah
Yang dimaksud metode ceramah adalah
cara menyampaikan sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada
siswa atau khalayak ramai. Adapun menurut M. Basyiruddin Usman yang dimaksud
dengan metode ceramah adalah teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah
lazim disampaikan oleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu
cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru bilamana diperlukan. Pengertian senada juga diungkapkan oleh Mahfuz
Sholahuddin bahwa metode ceramah adalah suatucara penyampaian bahan pelajaran
secara lisan oleh guru di depan kelas atau kelompok. Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan yang dimaksud dengan
metode ceramah adalah cara belajar mengajar yangmenekankan pada pemberitahuan
satu arah dari pengajar kepada pelajar (pengajaraktif, pelajar pasif).
Dari beberapa pengertian diatas
dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode ceramah adalah cara
penyampaian bahan pelajaran kepadasiswa secara lisan. Adapun gambaran
penggunaan metode ini dikemukakan Zakiyah Daradjat dalam bukunya Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam bahwa dalam metode ceramah ini murid duduk,
melihat dan mendengarkan serta percaya bahwa apa yang diceramahkan guru itu
adalah benar, murid mengutip iktisar ceramah semampu murid itu sendiri dan
menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih lanjut oleh guru yang bersangkutan.
Sejak zaman Rasulullah metode
ceramah merupakan cara yang paling awal yang dilakukan Rasulullah saw dalam
penyampaian wahyu kepada umat. Karakteristik yang menonjol dari metode ceramah
adalah peranan guru tampak lebihdominan. Sementara siswa lebih banyak pasif dan
menerima apa yang disampaikan oleh guru. Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad saw
bersabda: Yang Artinya: .Sampaikanlah
dariku walaupun satu ayat..
Menurut M. Basyiruddin Usman,
metode ceramah layak digunakan guru dimuka kelas apabila:
·
Pesan yang akan disampaikan berupa fakta atau
informasi;
·
Jumlah
siswanya terlalu banyak;
·
Guru adalah seorang pembicara yang baik, berwibawa dan
dapat merangsang siswa.
b.
Kelebihan Metode Ceramah
·
Suasana kelas berjalan dengan tenang karena murid
melakukan aktivitas yang sama, sehingga guru dapat mengawasi murid sekaligus
secara komfrehensif.
·
Tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang
lama, dengan waktu yang singkat murid dapat menerima pelajaran sekaligus secara
bersamaan.
·
Pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dalam
waktu yang sedikit dapat diuraikan bahan yang banyak.
·
Melatih para pelajar untuk menggunakan pendengarannya
dengan baik sehingga mereka dapat menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan
cepat dan tepat.
·
Dapat memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa
dalam belajar.
·
Fleksibel dalam penggunaan waktu dan bahan, jika bahan
banyak sedangkan waktu terbatas maka dapat dibicarakan pokok-pokok
permasalahannya saja, sedangkan bila waktu masih panjang, dapat dijelaskan
lebih mendetail.
c.
Kelemahan Metode Ceramah
·
Interaksi cenderung bersifat centered (berpusat pada
guru).
·
Guru kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana
siswa telah menguasai bahan ceramah.
·
Mungkin saja siswa memperoleh konsep-konsep lain yang
berbeda dengan apa yang dimaksudkan guru.
·
Siswa kurang menangkap apa yang dimaksudkan oleh guru,
jika ceramah berisi istilah-istilah yang kurang/tidak dimengerti oleh siswa dan
akhirnya mengarah kepada verbalisme.
·
Tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memecahkan masalah. Karena siswa hanya diarahkan untuk mengikuti fikiran guru.
·
Kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan kecakapan dan kesempatan mengeluarkan pendapat.
·
Guru lebih aktif sedangkan murid bersikap pasif.
·
Bila guru menyampaikan bahan sebanyak-banyaknya dalam
waktu yang terbatas, menimbulkan kesan pemompaan atau pemaksaan terhadap
kempuan penerimaan siswa.
·
Cenderung membosankan dan perhatian siswa berkurang,
kerena guru kurang memperhatikan faktor-faktor psikologis siswa, sehingga bahan
yang dijelaskan menjadi kabur.10
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan
tersebut seorang guru harus mengusahakan hal-hal sebagai berikut:
a) Untuk
menghilangkan kesalahpahaman siswa terhadap materi yang diberikan, hendaknya
diberi penjelasan beserta keterangan-keterangan, gerak-gerik, dan contoh yang
memadai dan bila perlu hendaknya menggunakan media yang refresentatif.
b) Selingilah
metode ceramah dengan metode lainnya untuk menghilangkan kebosanan peserta didik.
c) Susunlah ceramah secara sistematis.
d) Mengulang
kata atau istilah-istilah yang digunakan secara jelas, dapat membantu siswa
yang kurang atau lambat kemampuan dan daya tangkapnya.
e) Carilah
umpan balik sebanyak mungkin sewaktu ceramah berlangsung.
2. Metode Diskusi
a.
Pengertian Metode Diskusi
Di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan metode diskusi adalah .Cara belajar atau mengajar yang melakukan tukar
pikiran antara murid dengan guru, murid dengan murid sebagai peserta diskusi. Namun tidak semua kegiatan bertukar pikiran dapat
dikatakan berdiskusi. Menurut Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S. diskusi pada
dasarnyaadalah .Suatu bentuk
tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil atau besar,
dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan
bersama mengenai suatu masalah. Sedangkan menurut Zuhairini yang diaksud metode
diskusi ialah suatu metode didalam mempelajaribahan atau menyampaikan bahan
dengan jalan mendiskusikannya, sehinggaberakibat menimbulkan pengertian serta
perubahan tingkah laku murid.
Dari beberapa pengertian diatas
dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode diskusi ialah suatu
cara penyampaian materi pelajaran dengan jalan bertukarpikiran atau
mendiskusikannya, baik antara guru dengan siswa ataupun sesama siswa.
Seiring dengan itu, metode diskusi
berfungsi untuk merangsang murid berpikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri
mengenai persoalan-persoalan yang kadang-kadang tidak dapat dipecahkan oleh
suatu jawaban atau suatu cara saja, tetapi memerlukan wawasan/ilmu pengetahuan
yang mampu mencari jalan terbaik (alternatif terbaik).
Dari beberapa jawaban atau jalan
keluar yang ada bagaimana mendapatkan jawaban yang paling tepat untuk mendekati
kebenaran sesuai dengan ilmu yang ada pada kita. Jadi, metode diskusi tidak
hanya percakapan atau debat, melainkan carauntuk mendapatkan jawaban dari
permasalahan yang dihadapi.
b.
Kelebihan Metode Diskusi
1)
Menurut Armai Arief, di dalam bukunya Pengatar Ilmu
dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), disebutkan
bahwa diantara keunggulan metode diskusi adalah antara lain:
2)
Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan
perhatian atau pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan.
3)
Dapat menaikan prestasi kepribadian individu, seperti:
sikap toleransi, demokrasi, berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya.
4)
Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena
mereka mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan.
5)
Siswa dilatih belajar untuk mematuhi
peraturan-peraturan dan tata tertib layaknya dalam suatu musyawarah.
6)
Membantu murid untuk mengambil keputusan yang lebih
baik.
7)
Tidak terjebak kedalam pikiran individu yang
kadang-kadang salah, penuh prasangka dan sempit. Dengan diskusi seseorang dapat
mempertimbangkan alasan-alasan/pikiran-pikiran orang lain.
c.
Kelemahan Metode Diskusi
Menurut Roetiyah N.K., di dalam
bukunya Strategi Belajar Mengajar disebutkan bahwa kekuarangan
penggunaan metode diskusi antara lain:
·
Kadang-kadang bisa terjadi adanya pandangan dari
berbagai sudut bagi masalah yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan menjadi
menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
·
Dalam diskusi menghendaki pembuktian logis, yang tidak
terlepas dari faktafakta; dan tidak merupakan jawaban yang hanya dugaan atau
coba-coba saja.
·
Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
·
Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih
formal.
Kelemahan lain dalam metode diskusi
adalah kadang-kadang ada siswa yang memonopoli pembicaraan, dan ada pula siswa
yang pasif dan tidak acuh. Dalam hal demikian guru hendaknya memperhatikan dan
memberi motivasi kepada siswa supaya seluruh siswa ikut serta dalam diskusi.
Untuk mengatasi kelemahan atau segi negatif dari metode ini, maka perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
·
Pimpinan diskusi diberikan kepada murid dan diatur
secara bergiliran.
·
Pimpinan diskusi yang diberikan kepada murid, perlu
bimbingan dari guru.
·
Guru mengusahakan supaya seluruh siswa ikut berpartisipasi
dalam diskusi.
·
Mengusahakan supaya semua siswa mendapat giliran
berbicara, sementara siswa lain belajar mendengarkan pendapat temannya.
·
Mengoptimalkan waktu yang ada untuk mendapatkan hasil
yang diinginkan.
3. Metode Pemberian Tugas
a. Pengertian
Metode Pemberian Tugas
Metode Pemberian Tugas merupakan suatu cara interaksi belajar mengajar
dengan cara memberikan tugas-tugas kepada peserta didik untuk dikerjakan secara
berkelompok atau secara perorangan. Dengan pemberian tugas ini
diharapkan anak dapat mengetahui secara lebih pasti mengenai masalah atau soal
yang akan dijawabnya. Metode ini dapat digunakan dalam pembelajaran Akidah
Akhlak seperti mengenai kisah-kisah para Nabi.
b.
Kelebihan Metode Pemberian Tugas :
·
Melatih perserta didik aktif dalam kegiatan
belajar.
Diharapakan bukan hanya guru saja yang aktif siswa juga dapat mencari tahu
tentang bahan pelajaran.
·
Meningkatkan kegiatan belajar peserta didik.
·
Mengembangkan kemandirian peserta didik.
·
Membina kebiasaan peserta didik untuk mencari
dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi.
·
Membina
rasa tanggung jawab dan disiplin peserta didik.
·
Mengembangkan kreatifitas peserta didik.
c. Kekurangan Metode
Pemberian Tugas :
·
Sulit mengontrol apakah peserta didik belajar
sendiri atau dikerjakan orang lain.
·
Sulit memberikan tugas yang sesuai dengan
perbedaan individu peserta didik.
·
Tugas yang diberikan bersifat monoton sehingga
bisa membosankan peserta didik.
·
Tugas yang diberikan sering dalam jumlah yang
banyak sehingga membuat peserta didik merasa terbebani dan cenderung mengeluh.
·
Tugas-tugas kelompok hanya dikerjakan oleh
murid yang pintar.
4. Metode Tanya Jawab
a. Pengertian
Metode Tanya Jawab
Metode Tanya Jawab adalah metode penyajian pelajaran melalui interaksi
dua arah yaitu dari guru ke pesrta didik atau sebaliknya dari peserta didik ke
guru. Metode Tanya jawab ini bertujuan memperoleh kepastian jawaban materi
pelajaran melalui jawaban lisan. Siswa dan guru sama-sama
belajar terlebih dahulu untuk menerima jawaban dan pertanyaan. Siswa diharapkan
belajar terlebih dahulu sehingga diharapkan dapat menjawab soal yang diberikan.
Di dalam pembelajaran akidah akhlak metode ini termasuk efektif, agar siswa
aktif dan berperan serta di dalam proses belajar mengajar. Misalnya dalam
pelajaran mengenai Kalimat Tauhid, Bagaiman menerapakan kalimat tauhid itu
dalam kehidupan sehari-hari?. dsb.
b.
Kelebihan Metode Tanya Jawab :
·
Menarik dan dapat memusatkan perhatian peserta
didik terhadap materi pelajaran.
·
Mengetahui aktivitas peserta didik dari Tanya
jawab maupun jawaban serta tanggapan yang dilontarkannya.
·
Lebih merangsang pendayagunaan daya fikir dan
daya nalar peserta didik.
·
Menumbuhkan keberanian dalam mengemukakan pendapat.
·
Pembuka jalan bagi proses belajar lainnya.
c.
Kekurangan Metode Tanya Jawab :
·
Pada kelas besar, pertanyaan yang diajukan
tidak dapat disebarkan kepada seluruh siswa, sehingga siswa tidak memiliki
kesempatan yang sama untuk menjawab maupun bertanya.
·
Siswa yang tidak aktif kurang memperhatikan
bahkan tidak terlibat secara mental.
·
Menimbulkan rasa gugup pada siswa yang tidak
memiliki keberanian menjawab dan bertanya (kemampuan lisan).
·
Dapat membuang waktu bila siswa tidak
responsive terhadap pertanyaan.
BAB III
PENUTUP
Dari hasil beberapa refresi dan
penelitian yang dilakukan, mengenai perbandingan metodologi ceramah dan diskusi
dalam memahami pelajaran aqidah akhlak maka dapat disimpulkan sebagi berikut:
1.
Metode yang sering digunakan dalam pengajaran aqidah
akhlak umumnya adalah metode ceramah dan metode diskusi. Meskipun penggunaan metode
ceramah dan metode diskusi tidak secara tuntas dapat mencapai tujuan yang
diharapkan, namun kedua metode tersebut cukup efektif untuk meningkatkan
prestasi siswa, khususnya dalam pengajaran aqidah akhlak.
2. Metode Pemberian Tugas
memang tidak terlalu sering digunakan, adapun
pengembangan metode ini dapat digunakan dalam pembelajaran Akidah Akhlak seperti
mengenai kisah-kisah para Nabi.
3. Metode Tanya Jawab
adalah metode penyajian pelajaran melalui interaksi dua arah. Di dalam pembelajaran akidah
akhlak metode ini termasuk efektif walaupun tidak sering digunakan, dikatakan
efektif agar siswa aktif dan berperan serta di dalam proses belajar mengajar.
Misalnya dalam pelajaran mengenai Kalimat Tauhid, Bagaiman menerapakan kalimat
tauhid itu dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Aceh, Abu Bakar. 1959. Mutiara Akhlak. Jakarta:
Bulan Bintang.
A.S, Asmaran. 1992. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta:
Rajawali Press.
Bahri, Syaiful, dkk. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Rineka Cipta.
Daradjat, Zakiyah. 1995. Metodi Khusus Pengajaran
Agama Islam. Jakarta: Bumi
Aksara.
Mahrus.
2009. Aqidah. Jakarta :
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Departemen Agama Republik Indonesia.
Sholahuddin,
Mahfuz, dkk. 1986. Metodologi Pendidikan Islam. Surabaya: PT.
Bina Ilmu.
Zuhairini. 1983.
Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional.
0 komentar:
Posting Komentar