Pagi
itu, seorang guru perempuan memasuki kelasnya dengan penuh senyum.
Seperti biasa, ia selalu menyapa murid-muridnya dengan sapaan yang luar
biasa hebohnya. Muridnya yang kelas 1 SD itu pun antusias menjawab
setiap kalimat pertanyaan yang keluar dari mulut guru mereka yang
santun.
"Apa kabar anak-anakku semua hari ini?" sapa sang guru.
"Alhamdulillah, luar biasa, Allahu akbar. yes yes yes!"
Kegembiraan pun kian meluap dan memacu semangat sang pelajar.
"Nak, coba dengarkan. Hari ini bu guru mau berbagi cerita dengan kalian. Kalian bisa mendengarkan?"
"Bisa, Bu..."
Sang guru pun mulai bercerita.
Suatu ketika, ada anak kelas satu SD bernama Yayan. Dia gembira sekali siang itu.
Dia melihat keempat hasil ulangannya yang ternyata nilainya 100 semua! Dia gembiraaaa...sekali. Yayan senyum-senyum sendiri. Dalam hatinya, ia bertekad akan memberikan hasil ulangan itu kepada ibunya nanti di rumah.
"Tentu ibu akan sangat senang melihat nilai ulanganku." batinnya.
Tahu tidak, Nak? Usai pulang sekolah, Yayan langsung pulang menuju rumahnya. Seperti biasa, ia akan melewati rel kereta api menuju rumahnya.
Namun apa yang terjadi kemudian? Dia melihat banyak orang berkerumun di tengah rel itu. Mereka tengah sibuk mengerumuni seorang wanita yang ternyata baru saja tertabrak kereta api.
Yayan sangat penasaran. Dia pun ikut berkerumun. Dan ternyata, wanita yang tertabrak itu adalah seorang tukang jamu gendong. Betapa sedihnya Yayan begitu tahu bahwa tukang jamu itu tak lain ibunya sendiri.
Dia menangis sejadinya karena tak bisa membendung kesedihan. Tiba-tiba saja, ia berucap dalam hati.
"Aku sangat mencintai ibu. Aku berjanji, sampai kapanpun aku akan belajar dengan tekun agar menjadi anak pintar dan baik.
Ibu sudah membiayai sekolahku dengan susah payah, maka aku akan berusaha menjadi anak baik sampai kapanpun juga."
Yayan membuka kembali hasil ulangannya lalu memperlihatkan kepada ibunya yang sudah meninggal.
Sang guru lalu berkata lagi.
"Nah, inti dari cerita itu apa, Nak?"
Anak-anak tak ada yang menjawab.
"Inti dari cerita ini adalah kita harus belajar dengan tekun sampai kapanpun. KIta tak boleh menyianyiakan masa belajar kita. Karena apa? Karena orang tua kita sudah susah-payah menyekolahkan kita..."
Yayan membuka kembali hasil ulangannya lalu memperlihatkan kepada ibunya yang sudah meninggal.
Sang guru lalu berkata lagi.
"Nah, inti dari cerita itu apa, Nak?"
Anak-anak tak ada yang menjawab.
"Inti dari cerita ini adalah kita harus belajar dengan tekun sampai kapanpun. KIta tak boleh menyianyiakan masa belajar kita. Karena apa? Karena orang tua kita sudah susah-payah menyekolahkan kita..."
Sang guru menarap semua murid-muridnya dengan tatapan yang lembut namun tegas.
"Nak, kalau kita sekolah tapi masih rewel, oke tidak?" tanyanya.
"Tidaaaaak!"
"Nah, janganlah anak-anak menjadi anak yang tidak baik. Orang tua kalian semua tentu mengharapkan kalian menjadi anak yang soleh. Jadi jangan sia-siakan ya kasih sayang yang mereka berikan!"
"Yaaaa!"
"Diantara orang tua kalian semua, pasti tidak ada yang mengharapkan kalian menjadi anak yang nakal, kan?"
Hampir semua siswa menggelengkan kepala.
----
Kala itu aku membersamai sang guru. Entah kenapa tiba-tiba hatiku sangat tersentuh dengan kisah sederhana itu.
Aku tahu. Guru itu ingin memotivasi murid-muridnya agar selalu belajar dengan baik, menghargai jerih payah orang tua, dan selalu menyayangi mereka. Dia sama sekali tak ingin menyinggung siapapun atau ingin membuka sejarah siapapun yang telah lalu.
Namun, sejarah hidupku tiba-tiba kembali terbuka. Sejarah beberapa tahun silam yang menurutku kini masih memberi teka-teki.
0 komentar:
Posting Komentar