Problem-Based Learning (PBL)
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi
Belajar Mengajar)
Dosen Pengampu mata kuliah Dr. Suranto M.Pd.
PAPER
Oleh:
Nailatul
Faizah
120210302075
Kelas
B
PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
A. Pengertian
Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah yang
berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk
menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat
menyelesaikannya.
Problem-Based
Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM) adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata
sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan
keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan (Duch, 1995).
Finkle dan Torp (1995) menyatakan bahwa PBM merupakan pengembangan kurikulum
dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan
masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para
peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang
tidak terstruktur dengan baik. Dua definisi di atas mengandung arti bahwa
PBL atau PBM merupakan setiap suasana pembelajaran yang diarahkan oleh
suatu permasalahan sehari-hari.
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah
metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan
dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono, 2004). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah adalah proses pembelajaran yang
titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari
masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan
dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga
dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
Pembelajaran berbasis masalah (problem-based
learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan
lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan
(bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh
pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata). Pembelajaran Berbasis Masalah
melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif,
berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam
kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini.
Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula
dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta didik
menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya
di bawah petunjuk fasilitator (guru). Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan
kepada peserta didik untuk mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan
yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada peserta
didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik lebih diajak untuk
membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara
pada pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai
penerima pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
Terdapat tiga ciri utama dari
pembelajaran berbasis masalah. Pertama,
pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran,
artinya dalam implementasi pembelajaran berbasis masalah ada sejumlah kegiatan
yang harus dilakukan siswa. pembelajaran berbasis masalah tidak hanya
mengharapkan siswa sekedar mendegarkan mencatat, kemudian menghafal materi
pelajaran, akan tetapi melalui pembelajaran berbasis masalah siswa aktif
berpikir , berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
Kedua, aktivitas pembelajaran
diarahkan untuk menyelesaikan masalah. pembelajaran berbasis masalah
menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa
masalah maka tidak mungkin ada proses pebelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini
dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah
dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses
penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Untuk mengimplementasikan Pembelajaran
Berbasis Masalah, seorang guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki
permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut biasa diambil dari
buku teks atau dari sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa yang terjadi di
lingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwa
kemasyarakatan. Hal itu disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Adapun
kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam Pembelajaran Berbasis Masalah, antara
lain sebagai berikut:
1. Bahan
pelajaran harus mengandung isu-isu tentang konflik (conflict issue) yang bisa bersumber dari berita, rekaman video dan
yang lainnya.
2. Bahan
yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap
siswa dapat mengikutinya dengan baik.
3. Bahan
yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak
(universal), sehingga terasa manfaatnya.
4. Bahan
yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus
dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5. Bahan
yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk
mempelajarinya.
B. Alasan
Menggunakan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran sejarah seringkali dianggap
sebagai pelajaran hafalan yang membosankan. Selain itu, sejarah dianggap
sebagai yang tidak lebih hanya rangkaian urutan tahun dan peristiwa yang harus
diingat kembali ketika peserta didik mengerjakan soal ujian sejarah. Selain
itu, pembelajaran sejarah selalu menggunakan metode ceramah yang kurang efektif
dalam penerapannya dan cenderung membosankan sehingga siswa kurang begitu
memperhatikan penjelasan materi tersebut. Untuk mengatasi kurang efektifnya
pembelajaran sejarah, maka perlu diterapkannya metode Pembelajaran Berbasis
Masalah.
Terdapat beberapa alasan bahwa metode Pembelajaran
Berbasis Masalah perlu diterapkan dalam pembelajaran sejarah yaitu agar siswa
dalam pembelajaran sejarah tidak hanya sekedar mengingat materi pelajarannya,
akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh; untuk mengembangkan
keterampilan berpikir rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi,
menerapkan kemampuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya
perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat
judgment secara objektif; mendorong
siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya, sehingga siswa belajar
mandiri; agar siswa dapat memahami antara yang dipelajari dan kenyataan dalam
kehidupan (hubungan antara teori dan kenyataan), sehingga siswa dapat
menerapkan nilai-nilai positif dari materi pelajaran sejarah.
C. Langkah-Langkah
Pembelajaran Berbasis Masalah
Banyak ahli yang menjelaskan bentuk
penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah. John Dewey seorang ahli pendidikan
berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 lngkah Pembelajaran Berbasis Masalah,
yaitu:
1. Merumuskan
masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
2. Menganalisis
masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut
pandang.
3. Merumuskan
hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan
masalah sesuai pengetahuan yang dimilikinya.
4. Mengumpulkan
data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan
untuk pemecahan masalah.
5. Pengujian
hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai
dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
6. Merumuskan
rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi
yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan
kesimpulan.
Langkah-langkah penerapan metode Pembelajaran
Berbasis Masalah secara umum, yaitu menyadari masalah, merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan menentukan pilihan penyelesaian. Selain itu,
ada juga pendapat lain yaitu meliputi langkah orientasi peserta didik kepada
masalah, mengorganisasikan peserta didik, membimbing penyelidikan individu dan
kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan menganalisa serta
mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Contoh Langkah-Langkah
Pembelajaran Sejarah Dengan Menggunakan PBL/PBM
Satuan
Pendidikan : SMK
Mata
Pelajaran : Sejarah
Indonesia
Kelas/Semester : XI/1 (satu)
Materi
Pokok/Topik : Strategi
Melawan Penjajah Barat
Alokasi
Waktu : 1 x
pertemuan (2 x 45 menit)
A. Kompetensi
Inti
1. Menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Mengembangkan
perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan,
gotong royong, kerjasama, toleran, damai, responsif, dan proaktif) dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami
dna menerapkan pengetahuan factual, konseptual dan procedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebnagsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah,
menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya disekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi
Dasar dan Indikator
1.1 Menghayati
nilai-nilai persatuan dan keinginan bersatu dalam perjuangan pergerakan
nasional menuju kemerdekaan bangsa sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa terhadap
bangsa dan negara Indonesia.
2.1 Mengembangkan
nilai dan perilaku mempertahankan harga diri bangsa dengan bercermin pada
kegigihan para pejuang dalam melawan penjajah.
3.3 Menganalisis
strategi perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan bangsa Barat di
Indonesia sebelum dan sesudah abad ke-20.
4.3 Mengolah
informasi tentang strategi perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan
bangsa Barat di Indonesia sebelum dan sesudah abad ke-20 dan menyajikannya
dalam bentuk cerita sejarah.
C. Tujuan
Pembelajaran
Peserta
didik mampu menganalisis strategi perlawanan rakyat di masa pendudukan Belanda
sebelum dan sesudah tahun 1800
D. Materi
Pembelajaran
1.
Perlawanan rakyat Mataram
2.
Perlawanan rakyat Banten
3.
Perlawanan rakyat Makassar
4.
Pemberontakan Untung Suropati
5.
Perlawanan Sultan Nuku (Tidore)
6.
Perlawanan Pattimura
7.
Perang Padri
8.
Perang Diponegoro
9.
Perang Aceh
10.
Perang Bali
11.
Perang Banjarmasin
E.
Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan
|
Deskripsi
|
Alokasi
Waktu
|
Pendahuluan
|
-
Guru terlebih dahulu memimpin doa
|
|
-
Guru mempersiapkan kelas lebih
kondusif untuk proses belajar mengajar
|
||
-
Menjelaskan tujuan pembelajaran
|
||
-
Guru menyampaikan topic “Strategi
Melawan Penjajah Barat”
|
||
-
Guru memberikan motivasi tentang
pentingnya topic pembelajaran ini sebagai bagian dari upaya mempertahankan
harga diri sebagai rakyat Indonesia, serta bentuk kecintaan terhadap
kemerdekaan Indonesia
|
||
-
Guru membagi kelas menjadi lima
kelompok: kelompok I, II, III, IV dan V
|
||
Inti
|
-
Siswa sudah duduk dikelompok
masing-masing
-
Guru menunjukkan contoh gambar
strategi perlawanan rakyat Indonesia melawan bangsa Belanda.
![]() ![]() ![]() ![]() |
|
Mengamati :
-
Siswa diminta untuk mengamati
gambar tersebut dengan cermat
|
||
Menanya :
-
Guru mendorong siswa untuk
bertanya hal-hal terkait dengan gambar yang ditayangkan
|
||
-
Guru kembali menegaskan topic
pembelajaran yang akan dibahas
|
||
-
Guru menegaskan model
pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan model Pembelajaran Berbasis
Masalah
|
|
|
Mengeksplorasi dan mengasosiasi :
-
Guru menjelaskan cara kerja
masing-masing kelompok. Pertama, setiap kelompok harus merumuskan masalah
sesuai dengan materi masing-masing. Kemudian mendiskripsikan masalah dengan
membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab sesuai dengan materi
masing-masing. Masing-masing kelompok juga diminta untuk merumuskan
hipotesis. Kemudian dilakukan analisis untuk memecahkan masalah yang telah
dirumuskan.
|
||
-
Setiap kelompok mendapatkan tugas
melakukan eksplorasi/mengumpulkan informasi dan mengasosiasi melalui diskusi
kelompok untuk mengasosiasikan fakta-fakta ynag berhasil ditemukan dan
dirumuskan :
· Kelompok
I bertugas memecahkan masalah yang terkait dengan Perlawanan rakyat Mataram
dan Perlawanan rakyat Banten dalam melawan pendudukan Belanda.
· Kelompok
II bertugas memecahkan masalah yang terkait dengan Perlawanan rakyat Makassar,
dan Pemberontakan Untung Suropati dalam melawan pendudukan Belanda.
· Kelompok
III bertugas memecahkan masalah yang terkait dengan Perlawanan Sultan Nuku
(Tidore), Perlawanan Pattimura, dan Perang Padri dalam melawan pendudukan
Belanda.
· Kelompok
IV bertugas memecahkan masalah yang terkait dengan Perang Diponegoro dan Perang
Aceh dalam melawan pendudukan Belanda.
· Kelompok
V bertugas memecahkan masalah yang terkait dengan Perang Bali dan Perang
Banjarmasin dalam melawan pendudukan Belanda.
|
||
Mengkomunikasikan :
-
Presentasi hasil kelompok
(masing-masing kelompok) dalam rangka mengkomunikasikan hasil karya kelompok,
dan di tanggapi oleh kelompok lain.
|
|
|
Penutup
|
a.
Guru memberikan ulasan singkat
tentang materi yang baru saja didiskusikan
b.
Guru dapat menanyakan apakah
peserta didik sudah memahami materi tersebut
c.
Guru memberikan pertanyaan lisan
secara acak kepada peserta didik untuk mendapatkan umpan balik atas
pembelajaran yang baru saja berlangsung.
Misalnya:
1) Mengapa
terjadi perlawanan rakyat Banten terhadap Belanda?
2) Pada
masa Pendudukan Belanda di Indonesia, kita kenal tokoh yang bernama Pangeran
Diponegoro, bagaimana perannya dalam perang melawan penjajah Belanda?
d.
Sebagai refleksi, guru bersama
siswa menyimpulkan tentang pelajaran yang baru saja berlangsung serta
menanyakan kepada siswa manfaat yang dapat diperoleh setelah mempelajari
topic ini.
e.
Guru mengakhiri pelajaran dengan
membaca doa
|
|
D. Keunggulan
dan Kelemahan
Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki
beberapa keunggulan atau kelebihan, antara lain sebagai berikut.
a. Teknik
yang bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
b. Dapat
menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan
baru bagi siswa.
c. Dapat
meningkatkan aktifitas pembelajaran siswa.
d. Dapat
membantu siswa bagaimana menstranfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah
dalam kehidupan nyata.
e. Dapat
membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab
dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, juga dapat mendorong
untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
f. Dapat
memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran, pada dasarnya
merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan
hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
g. Dianggap
lebih menyenamgkan dan disukai siswa.
h. Dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan
mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
i.
Dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
j.
Dapat mengembangkan minat siswa untuk
secara terus menerus belajar, sekalipun belajar pada pendidikan formal telah
berakhir.
Di samping keunggulan, Pembelajaan Berbasis
Masalah juga memiliki kelemahan, yaitu:
a. Apabila
siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba.
b. Keberhasilan
metode ini membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
c. Tanpa
pemahan mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
DAFTAR
PUSTAKA
Sanjaya,
Wina. 2014. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Materi
Pelatihan Guru Implementasi Kurikulun 2013. Jakarta: Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan
0 komentar:
Posting Komentar