Home » » Problem-Based Learning (PBL)

Problem-Based Learning (PBL)

Posted by Kumpulan Catatan Nana Misnara on Kamis, 26 November 2015



Problem-Based Learning (PBL)
 (Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar)
 Dosen Pengampu mata kuliah Dr. Suranto M.Pd.
PAPER
Oleh:
Nailatul Faizah
120210302075
Kelas B
PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
A.    Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
Problem-Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan (Duch, 1995).  Finkle dan Torp (1995) menyatakan bahwa PBM merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik.  Dua definisi di atas mengandung arti bahwa PBL atau PBM merupakan setiap suasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan sehari-hari.
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono, 2004). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata). Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini.
Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru). Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik lebih diajak untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara pada pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
Terdapat tiga ciri utama dari pembelajaran berbasis masalah. Pertama, pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi pembelajaran berbasis masalah ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. pembelajaran berbasis masalah tidak hanya mengharapkan siswa sekedar mendegarkan mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir , berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pebelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Untuk mengimplementasikan Pembelajaran Berbasis Masalah, seorang guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut biasa diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwa kemasyarakatan. Hal itu disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Adapun kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam Pembelajaran Berbasis Masalah, antara lain sebagai berikut:
1.      Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu tentang konflik (conflict issue) yang bisa bersumber dari berita, rekaman video dan yang lainnya.
2.      Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.
3.      Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak (universal), sehingga terasa manfaatnya.
4.      Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5.      Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya.
B.     Alasan Menggunakan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran sejarah seringkali dianggap sebagai pelajaran hafalan yang membosankan. Selain itu, sejarah dianggap sebagai yang tidak lebih hanya rangkaian urutan tahun dan peristiwa yang harus diingat kembali ketika peserta didik mengerjakan soal ujian sejarah. Selain itu, pembelajaran sejarah selalu menggunakan metode ceramah yang kurang efektif dalam penerapannya dan cenderung membosankan sehingga siswa kurang begitu memperhatikan penjelasan materi tersebut. Untuk mengatasi kurang efektifnya pembelajaran sejarah, maka perlu diterapkannya metode Pembelajaran Berbasis Masalah.
Terdapat beberapa alasan bahwa metode Pembelajaran Berbasis Masalah perlu diterapkan dalam pembelajaran sejarah yaitu agar siswa dalam pembelajaran sejarah tidak hanya sekedar mengingat materi pelajarannya, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh; untuk mengembangkan keterampilan berpikir rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan kemampuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secara objektif; mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya, sehingga siswa belajar mandiri; agar siswa dapat memahami antara yang dipelajari dan kenyataan dalam kehidupan (hubungan antara teori dan kenyataan), sehingga siswa dapat menerapkan nilai-nilai positif dari materi pelajaran sejarah.
C.     Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Banyak ahli yang menjelaskan bentuk penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah. John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 lngkah Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu:
1.      Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
2.      Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
3.      Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah sesuai pengetahuan yang dimilikinya.
4.      Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
5.      Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
6.      Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
 Langkah-langkah penerapan metode Pembelajaran Berbasis Masalah secara umum, yaitu menyadari masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan  menentukan pilihan penyelesaian. Selain itu, ada juga pendapat lain yaitu meliputi langkah orientasi peserta didik kepada masalah, mengorganisasikan peserta didik, membimbing penyelidikan individu dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan menganalisa serta mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Contoh Langkah-Langkah Pembelajaran Sejarah Dengan Menggunakan PBL/PBM
Satuan Pendidikan                  : SMK
Mata Pelajaran                        : Sejarah Indonesia
Kelas/Semester                        : XI/1 (satu)
Materi Pokok/Topik                : Strategi Melawan Penjajah Barat
Alokasi Waktu                        : 1 x pertemuan (2 x 45 menit)
A.    Kompetensi Inti
1.      Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2.      Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, toleran, damai, responsif, dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3.      Memahami dna menerapkan pengetahuan factual, konseptual dan procedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebnagsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4.      Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya disekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B.     Kompetensi Dasar dan Indikator
1.1  Menghayati nilai-nilai persatuan dan keinginan bersatu dalam perjuangan pergerakan nasional menuju kemerdekaan bangsa sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa terhadap bangsa dan negara Indonesia.
2.1  Mengembangkan nilai dan perilaku mempertahankan harga diri bangsa dengan bercermin pada kegigihan para pejuang dalam melawan penjajah.
3.3  Menganalisis strategi perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan bangsa Barat di Indonesia sebelum dan sesudah abad ke-20.
4.3  Mengolah informasi tentang strategi perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan bangsa Barat di Indonesia sebelum dan sesudah abad ke-20 dan menyajikannya dalam bentuk cerita sejarah.
C.     Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu menganalisis strategi perlawanan rakyat di masa pendudukan Belanda sebelum dan sesudah tahun 1800
D.    Materi Pembelajaran
1.            Perlawanan rakyat Mataram
2.            Perlawanan rakyat Banten
3.            Perlawanan rakyat Makassar
4.            Pemberontakan Untung Suropati
5.            Perlawanan Sultan Nuku (Tidore)
6.            Perlawanan Pattimura
7.            Perang Padri
8.            Perang Diponegoro
9.            Perang Aceh
10.        Perang Bali
11.        Perang Banjarmasin
E.     Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan
Deskripsi
Alokasi Waktu
Pendahuluan
-          Guru terlebih dahulu memimpin doa
-          Guru mempersiapkan kelas lebih kondusif untuk proses belajar mengajar
-          Menjelaskan tujuan pembelajaran
-          Guru menyampaikan topic “Strategi Melawan Penjajah Barat”
-          Guru memberikan motivasi tentang pentingnya topic pembelajaran ini sebagai bagian dari upaya mempertahankan harga diri sebagai rakyat Indonesia, serta bentuk kecintaan terhadap kemerdekaan Indonesia
-          Guru membagi kelas menjadi lima kelompok: kelompok I, II, III, IV dan V
Inti
-          Siswa sudah duduk dikelompok masing-masing
-          Guru menunjukkan contoh gambar strategi perlawanan rakyat Indonesia melawan bangsa Belanda.
Description: C:\Users\Master\Downloads\images...jpg
Description: C:\Users\Master\Downloads\Imam_benjol.jpg
Mengamati :
-          Siswa diminta untuk mengamati gambar tersebut dengan cermat
Menanya :
-          Guru mendorong siswa untuk bertanya hal-hal terkait dengan gambar yang ditayangkan
-          Guru kembali menegaskan topic pembelajaran yang akan dibahas
-          Guru menegaskan model pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah
Mengeksplorasi dan mengasosiasi :
-          Guru menjelaskan cara kerja masing-masing kelompok. Pertama, setiap kelompok harus merumuskan masalah sesuai dengan materi masing-masing. Kemudian mendiskripsikan masalah dengan membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab sesuai dengan materi masing-masing. Masing-masing kelompok juga diminta untuk merumuskan hipotesis. Kemudian dilakukan analisis untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan.
-          Setiap kelompok mendapatkan tugas melakukan eksplorasi/mengumpulkan informasi dan mengasosiasi melalui diskusi kelompok untuk mengasosiasikan fakta-fakta ynag berhasil ditemukan dan dirumuskan :
·   Kelompok I bertugas memecahkan masalah yang terkait dengan Perlawanan rakyat Mataram dan Perlawanan rakyat Banten dalam melawan pendudukan Belanda.
·   Kelompok II bertugas memecahkan masalah yang terkait dengan Perlawanan rakyat Makassar, dan Pemberontakan Untung Suropati dalam melawan pendudukan Belanda.
·   Kelompok III bertugas memecahkan masalah yang terkait dengan Perlawanan Sultan Nuku (Tidore), Perlawanan Pattimura, dan Perang Padri dalam melawan pendudukan Belanda.
·   Kelompok IV bertugas memecahkan masalah yang terkait dengan Perang Diponegoro dan Perang Aceh dalam melawan pendudukan Belanda.
·   Kelompok V bertugas memecahkan masalah yang terkait dengan Perang Bali dan Perang Banjarmasin dalam melawan pendudukan Belanda.
Mengkomunikasikan :
-          Presentasi hasil kelompok (masing-masing kelompok) dalam rangka mengkomunikasikan hasil karya kelompok, dan di tanggapi oleh kelompok lain.
Penutup
a.       Guru memberikan ulasan singkat tentang materi yang baru saja didiskusikan
b.      Guru dapat menanyakan apakah peserta didik sudah memahami materi tersebut
c.       Guru memberikan pertanyaan lisan secara acak kepada peserta didik untuk mendapatkan umpan balik atas pembelajaran yang baru saja berlangsung.
Misalnya:
1)      Mengapa terjadi perlawanan rakyat Banten terhadap Belanda?
2)      Pada masa Pendudukan Belanda di Indonesia, kita kenal tokoh yang bernama Pangeran Diponegoro, bagaimana perannya dalam perang melawan penjajah Belanda?
d.      Sebagai refleksi, guru bersama siswa menyimpulkan tentang pelajaran yang baru saja berlangsung serta menanyakan kepada siswa manfaat yang dapat diperoleh setelah mempelajari topic ini.
e.       Guru mengakhiri pelajaran dengan membaca doa
D.    Keunggulan dan Kelemahan
Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki beberapa keunggulan atau kelebihan, antara lain sebagai berikut.
a.       Teknik yang bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
b.      Dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c.       Dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran siswa.
d.      Dapat membantu siswa bagaimana menstranfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e.       Dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
f.       Dapat memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran, pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
g.      Dianggap lebih menyenamgkan dan disukai siswa.
h.      Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
i.        Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
j.        Dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar, sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Di samping keunggulan, Pembelajaan Berbasis Masalah juga memiliki kelemahan, yaitu:
a.       Apabila siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
b.      Keberhasilan metode ini membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
c.       Tanpa pemahan mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina. 2014. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulun 2013. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan


0 komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Mengenai Saya

Foto saya
Majalengka, Jawa Barat, Indonesia
.comment-content a {display: none;}