PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED INSTRUCTION) DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
Disusun untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi
Dosen Pengampu Dr.
Suranto, M.Pd.
Oleh :
DEDE GALUH PRATIKNO (120210302106)
KELAS
B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
METODE PEMBELAJARAN BERBASIS
MASALAH (PROBLEM BASED INSTRUCTION)
A.
Hakekat
Metode Problem Based Instruction
Esensi
PBI memperkenalkan kepada siswa tentang situasi masalah yang sebenarnya dan
bermakna yang dapat sebagai sarana untuk investigation
(penyelidikan) dan inquiry
(pemeriksaan). Berdasarkan prinsip tersebut dapat dinyatakan bahwa PBI
merupakan salah satu pendekatan untuk siswa aktif (active learning). Teori-teori pendukung PBI adalah : Teori Dhewey
dan kelas yang demokratis, Teori Piaget, Teori Vygotsky, Teori Bruner (Discovery Learning).
Problem Based Instruction (PBI)
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1966, oleh Faculty of Health of Mc Master
University di Kanada (Trianto,2007) perkembangan Problem Based Instruction
(PBI) di pengaruhi oleh tiga fikiran utama yaitu:
1. John Dewey dan kelas Demokrasi. John
Dewey dalam Ibrahim & Nur (2000:15) mengemukakan pandangan pentingnya
demokrasi dan pendidikan, siswa dalam pandngan Dewey hendaknya diberi kebebasan
untuk menganalisis masalah intelektual dan sosial yang ada dalam masyarakat,
kemudian memecahkan permaslahan di sekolah. Pandangan Dewey merupakan pandangan
filosofis perkembangan Problem Based Instruction (PBI).
2. Piaget, Vygotsky dan kontruktivisme.
Jean Piaget dalam Ibrahim & Nur (2000:17) mengemukakan pandangan mengenai
kontruktivis-kognitif, menurut Piaget siswa dalam segala usia aktif dalam
memperoleh informasi dan pembangunan pengetahuan sendiri. Pengetahuan akan
bertambah dan berubah (termodifikasi) jika melalui pengalaman baru. Menurut Piaget
dalam Ibrahim & Nur (2000:17) pedagogi yang baik harus melibatkan pemberian
anak dengan situasi-situasi dimana anak itu mandiri melakukan eksperimen, dalam
arti yang paling luas dari itu, dan mencoba sesuatu untuk melihat apa yang
terjadi, memanipulasi tanda-tanda, memanipulasi simbol, mengajukan pertanyaan
dan menemukan sendiri jawabannya, mencocokkan apa yang ditemukan dengan tean
yang lain, dan membandingkan temuan dengan teman yang lain. Vygotsty dalam
pembelajaran mempunyai pemikiran yang sama dengan Piaget tetapi lebih
menekankan pada interaksi sosial, menurut Vygotsty interaki sosial dengan guru
maupun teman sejawat penting dalam memacu terbentuknya ide baru maupun
memperkaya perkembangan intelektual siswa. Teori perkembangan
kontruktivisme-kognitif dasar ilmiah untuk Problem
Based Instruction (PBI).
3. Bruner dalam Pembelajaran Penemuan. Jerome
Bruner mengemukakan teori pembelajaran penemuan, teori ini menyatakan bahwa
pembelajaran yang sebenarnya terjadi melalui penemuan pribadi. Teori
pembelajaran Bruner menemukan pada penalaran induktif dan inkuiri yang
merupakan ciri pendekatan ilmiah. Tidak seperti pada pembelajaran langsung
dimana siswa diberikan ide-ide tetapi dengan memberikan pembelajaran
berdasarkan masalah atau penemuan dengan guru mengajukan pertanyaan kepada siswa
untuk menemukan teori mereka sendiri.
Ciri
pembelajaran PBI adalah (a) memberikan pertanyaan atau masalah, (b) difokuskan
pada interdisipliner ilmu, (c) investigasi sebenarnya, (d) kolaborasi, dan (e)
hasil kerja siswa dalam bentuk artifacts
dan exhibits (artifacts adalah benda atau barang hasil kecerdasan manusia,
seperti perkakas, senjata, dan lain-lain, sedangkan exhibits adalah barang atau kemampuan yang dapat dipamerkan).
Istilah-istilah lain Problem-Based
Instruction adalah Project-Based Teaching,
Experiented-Based
Education, Authentic Learning, Anchored Instruction, dan Problem-Based
Learning.
PBI
mengorganisasi pembelajaran antara pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah
(baik secara personal dan social) sehingga penting dan bermakna bagi siswa. PBI
menunjukkan sesuatu yang sebenarnya, situasi kehidupan nyata yang menghindari
jawaban sederhana dan hanya melengkapi jawaban yang sudah ada. Walaupun mungkin
dalam PBI terfokus pada mata pelajaran tertentu (sains, matematika, dan
social), investigasi masalah yang actual harus dipilih. Dalam melakukan
investigasi untuk mencari jawaban masalah, tidak jarang siswa memerlukan
penyelidikan di berbagai bidang studi (interdisciplinary
focus). Misalnya ketika siswa memecahkan masalah tentang polusi, maka diperlukan
kajian bidang biologi, ekonomi, sosiologi, pariwisata dan pemerintah.
PBI
mengharuskan bahwa siswa melaksanakan penyelidikan sebenarnya untuk mencari
jawaban sebenarnya dari permasalahan nyata yang diberikan. Mereka harus
menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis (dugaan) dan
membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen
(jika sesuai), menyimpulkan, dan menggambarkan kesimpulan. Investigasi yang
dilaksanakan tergantung pada kompleks tidaknya, sulit mudahnya, dan lama
tidaknya permasalahan yang dipelajari.
PBI
mengharuskan siswa untuk mengkonstruk bentuk-bentuk presentasi yang dapat menjelaskan
jawaban mereka (melalui artifact dan exhibits). Hasilnya dapatberupa laporan,
model fisik, video atau program computer. Jika ingin dideskripsikan setelahnya,
siswa dapat merancang demonstrasi lebih lanjut tentang apa yang akan mereka
pelajari, sehingga hasil tersebut dapat dipergunakan dalam menyelesaikan
masalah-masalah yang serupa dengan menyediakan alternatif lain.
Sebagaimana
cooperative learning, PBI juga
dikarakteristikkan oleh bekerjasamanya siswa dengan yang lain dalam pasangan
atau kelompok kecil. Dengan bekerjasama akan memotivasi siswa saling terlibat
dan saling menyempurnakan dalam menyelesaikan tugas yang kompleks. Disamping
itu juga untuk meningkatkan kesempatan saling share (berbagi) dalam memeriksa dan berdialog. Begitu pula untuk
pengembangan berfikir dan kemampuan social.
PBI
tidak didesain untuk membantu guru dalam hal menyampaikan informasi
sebanyak-banyaknya kepada siswa. PBI didesain utamanya untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan kemampuan intelektual,
belajar peran orang dewasa melalui pengalaman melalui situasi nyata maupun
simulasi, dan menjadi tidak tergantung, belajar otodidak.
Sintaksis
PBI
biasanya berisi 5 fase utama yang dimulai dengan orientasi guru yang
mengarahkan siswa tentang situasi masalah dan akhirnya presentasi dan analisis
hasil pekerjaan dan artifacts siswa. Jika masalah yang diberikan skopnya
sempit, maka 5 fase diselesaikan dalam satu periode di kelas, namun jika skop
masalahnya luas dan kompleks, mungkin memerlukan waktu yang lebih banyak.
Lingkungan Belajar dan Sistem
Manajemen
Lingkungan
belajar dan system manajemen PBI adalah open (terbuka), proses demokrasi, dan
siswa aktif. Seluruh proses pada dasarnya membantu siswa untuk independent,
siswa yang otodidak percaya diri dengan kemampuan intelektualnya, aktif dalam
keterlibatan pembentukan intelektualnya sendiri, dan lingkungan yang
berorientasi pada inquiry.
B.
Alasan
Memilih Metode Problem Based Instruction
Menurut
pendapat saya, metode pembelajaran berbasis masalah (problem based instruction) ini cocok digunakan dalam kegiatan
pembelajaran sejarah dengan cara melatih siswa mencari tahu dan mebangun
sendiri pengetahuannya tentang materi yang pada saat itu sedang diajarkan.
Selain itu dengan menggunakan metode ini siswa akan diajari untuk memecahkan
suatu permasalahan yang ada. Metode ini merupakan metode yang mengacu pada pendekatan saintifik sehingga sesuai
diterapkan dalam proses pembelajaran kurikulum 2013.
C.
Langkah-Langkah
Metode Problem Based Instruction
Sintak PBI
Fase
|
Aktivitas
Guru
|
Fase 1
Mengarahkan
siswa kepada masalah
|
Guru
memeriksa tujuan pelajaran, mendeskripsikan pentingnya pemenuhan logistic,
dan memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam aktivitas problem solving
yang dipilih sendiri.
|
Fase 2
Mengorganisasi
siswa untuk belajar
|
Guru
membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas-tugas yang ada
kaitannya dengan masalah.
|
Fase 3
Membantu
independent dan group investigation (penyelidikan
kelompok)
|
Guru
mendorong siswa untuk menyimpan informasi yang sesuai, melakukan eksperimen,
dan mencari penjelasan-penjelasan dan jawaban-jawaban
|
Fase 4
Mengembangkan
dan mempresentasikan artifacts dan exhibits
|
Guru
menbantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan artifacts yang sesuai,
seperti laporan, video, dan model-model dan membantu mereka share dengan
temannya.
|
Fase 5
Menganalisa
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Guru
membantu siswa untuk merefleksi investigasi mereka dan proses yang mereka
pergunakan.
|
Melaksanakan Pembelajaran Problem
Based Instruction
Dalam melaksanakan PBI, langkah-langkah
pembelajaran mengacu pada sintaks, lingkungan belajar dan system manajemen.
Merencanakan Tugas-Tugas
1. Menentukan
tujuan. PBI dapat didesain untuk membantu menuju beberapa keberhasilan, seperti
meningkatkan intelektual dan kemampuan investigasi, memahami peran orang
dewasa, dan membantu siswa untuk dapat belajar otodidak.
2. Mendesain
situasi masalah yang sesuai. Situasi masalah yang baik adalah yang otentik,
membuat “bingung” (puzzling), dan ill
defined, memungkinkan kolaborasi, bermakna dan konsisten dengan tujuan
kurikulum.
Tugas-Tugas Interaktif
1. Mengarahkan
siswa kepada masalah. Siswa perlu diberitahu bahwa PBI tidak memberika suatu
informasi baru yang luas, melainkan untuk menginvestigasi masalah yang penting
dan menjadi siswa yang belajar secara independent.
Cara bagus untuk mempresentasikan masalah adalah dengan discrepant event (situasi dimana hasilnya diluar dugaan dan
mengejutkan) yang menciptakan suatu pengertian misteri dan keinginan untuk
memecahkan masalah.
2. Mengorganisasi
siswa untuk belajar. Belajar investigasi dapat dibentuk antar teman dekat atau
berdasarkan pada kesamaan social atau kepandaian.
3. Membantu
independent dan investigasi kelompok.
4. Mengembangkan
dan mempresentasikan artifacts dan exhibits.
5. Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Lingkungan Belajar dan Manajemen
Tugas
Berikut diberikan beberapa hal penting
terkait dengan lingkungan belajar dan manajemen tugas dalam PBI, antara lain:
1. Berhadapan
dengan situasi multitask (tugas banyak)
2. Lakukan
penyesuaian ke level penyelesaian berbeda
3. Memonitor
dan mengatur kerja siswa
4. Mengatur
materi dan peralatan
5. Mengatur
pergerakan dan tingkah laku siswa, jika kegiatan diluar kelas
Contoh Penerapan Metode PBI dalam
Pembelajaran Sejarah
Kompetensi
Inti :
3.4 Menganalisis
persamaan dan perbedaan pendekatan dan strategi pergerakan nasional di
Indonesia pada masa awal kebangkitan nasional, Sumpah Pemuda dan sesudahnya
sampai dengan Proklamsi Kemederkaan.
4.4 Mengolah
informasi tentang persamaan dan perbedaan pendekatan dan strategi pergerakan
nasional di Indonesia pada masa awal kebangkitan nasional, pada masa Sumpah
Pemuda, masa sesudahnya sampai dengan Proklamasi Kemerdekaan dan menyajikannya
dalam bentuk cerita sejarah.
Topik : Perang melawan Tirani
Tujuan : Menganalisis perlawanan rakyat di
masa pendudukan Jepang
Alokasi
waktu : 1x pertemuan (2 JP)
Materi
pelajaran ini ada pada buku siswa Sejarah Indonesia Kelas XI Bab IV
Model
dan langkah-langkah :
·
Model : pembelajaran berbasis masalah
·
Pendekatan : saintifik, langkah-langkahnya dengan mengamati,
menanya, mengeksplorasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan
·
Langkah-langkah :
Pembelajaran
ini secara umum dibagi tiga tahapan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti
dan kegiatan penutup
Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
1. Guru
meminta salah seorang siswa untuk memimpin doa
2. Guru
bersama siswa mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk proses belajar
mengajar (kerapian dan kebersihan ruang kelas, presensi, menyiapkan media dan
alat serta buku yang diperlukan.
3. Guru
menyampaikan topik pembelajaran dan tujuan serta kompetensi yang perlu dimiliki
kepada siswa
4. Guru
membagi kelas menjadi 8 kelompok
Kegiatan Inti (70 menit)
1. Siswa
sudah berada di kelompoknya masing-masing
2. Guru
menunjukkan contoh gambar perlawanan melawan Pendudukan Jepang di Indonesia
3. Siswa
diminta untuk mengamati dengan cermat
4. Siswa
diminta untuk bertanya terkait dengan beberapa gambar tersebut
5. Guru
member komentar terkait dengan berbagai pertanyaan yang muncul dari siswa. Guru
menegaskan kembali tentang pentingnya mempelajari topic ini sebagai bagian dari
upaya mempertahankan harga diri sebagai rakyat Indonesia, bentuk kecintaan
terhadap kemerdekaan
6. Guru
kemudian menjelaskan cara kerja masing-masing kelompok. Kegiatan pembelajaran
ini menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Pertama, setiap kelompok harus
merumuskan masalah sesuai dengan materi masing-masing. Kemudia mendeskripsikan
masalah dengan membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab sesuai materi
masing-masing. Masing-masing kelompok juga diminta untuk merumuskan hipotesis.
Kemudian dilakukan analisis untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan.
Pembagiannya sebagai berikut, kelompok 1 memecahkan masalah yang terkait dengan
perlawanan rakyat Aceh melawan pendudukan Jepang, kelompok 2 terkait dengan
perlawanan rakyat Singaparna, kelompok 3 terkait dengan perlawanan rakyat
indramayu, kelompok 4 terkait dengan perlawanan rakyat Kalimantan, kelompok 5
terkait dengan perlawanan rakyat Papua/Irian, dan kelompok 6 terkait perlawanan
Peta di Blitar.
7. Masing-masing
kelompok dapat mengerjakan di kelas, perpustakaan, serta menggunakan fasilitas
laboratorium multimedia (internet)
8. Setelah
kembali ke kelas, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil rumusannya
Kegiatan Penutup (15 menit)
1. Guru
memberikan ulasan singkat tentang materi yang baru saja didiskusikan
2. Guru
dapat menanyakan apakah peserta didik sudah memahami materi tersebut
3. Guru
memberikan pertanyaan lisan secara acak kepada peserta didik untuk mendapatkan
umpan balik atas pembelajaran yang baru saja berlangsung, misalnya
·
Mengapa terjadi perlawanan rakyat
Singapura terhadap Jepang?
·
Pada masa pendudukan Jepang di
Indonesia, kita kenal tokoh yang bernama Supriyadi, bagaimana perannya dalam
perang melawan tirani, khususnya melawan Jepang?
4. Sebagai
refleksi, guru bersama siswa menyimpulkan tentang pelajaran yang baru saja
berlangsung serta menanyakan kepada siswa, manfaat yang dapat diperoleh setelah
mempelajari topic ini.
D.
Kelebihan Metode Problem Based Instruction
1. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga
pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
2. Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3. Dapat memperoleh dari berbagai sumber.
4. Siswa berperan aktif dalam KBM
5. Siswa lebih memahami konsep matematika yg diajarkan sebab
mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut.
6. Melibatkan siswa secara aktif memecahkan masalah dan menuntut
keterampilan berfikir siswa yang lebih tinggi
7.
Pembelajaran lebih
bermakna
8.
Siswa dapat
merasakan manfaat pembelajaran matematika sebab masalah yang diselesaikan
merupakan masalah sehari-hari
9.
Menjadikan siswa
lebih mandiri
10. Menanamkan sikap sosial yang positif, memberi aspirasi dan
menerima pendapat orang lain
11. Dapat mengembangkan cara berfikir logis serta berlatih
mengemukakan pendapat
E.
Kelemahan
Metode Problem Based Instruction
1. Untuk siswa yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak
dapat tercapai.
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode
ini.
4.
Membutuhkan waktu
yang banyak
5. Tidak setiap materi matematika dapat diajarkan dengan PBI
6.
Membutuhkan
fasilitas yang memadai seperti laboratorium, tempat duduk siswa yang terkondisi
untuk belajar kelompok, perangkat pembelajaran, dll
7. Menuntut guru membuat perencanaan pembelajaran yang lebih
matang.
8. Kurang efektif jika jumlah siswa terlalu banyak, idealnya
maksimal 30 siswa perkelas.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. Pengertian Metode Problem Based Instruction.
Dalam http://www.anakciremai.com/2012/08/pengertian-metode-problem-based.html
Santoso, Ras Eko Budi.
2011. Model Pembelajaran Problem Based
Instruction (PBI). Dalam http://www.ras-eko.com/2011/05/model-pembelajaran-problem-based_19.html
Materi
Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014 Mata Pelajaran Sejarah
SMA/SMK Untuk Guru. 2014. Penerbit: Bandan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjamin Mutu Pendidikan.
Hobri. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif.
Jember: Center for Society Studies (CSS).
0 komentar:
Posting Komentar